Luruskan Niat Sebelum Berangkat Umroh
Menjalani ibadah umroh, tentu bukanlah hal yang main-main, karena tujuan utamanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yakni Allah SWT. Maka dari itu, agar kegiatan ibadah umroh ini bernilai sempurna luruskan niat sebelum berangkat.
Maksud dari meluruskan niat tersebut ialah pergi umroh hanya ingin meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Bukan karena ada niat lain, seperti ingin dipuji, pamer, untuk memperoleh kekayaan, atau yang bersifat duniawi lainnya.
Umumnya, kebanyakan kaum muslim merasakan ketakutan yang luar biasa sebelum berangkat umroh. Hal ini dikarenakan adanya rumor yang mengatakan bahwa apa yang dikerjakan seseorang selama hidupnya, akan mendapat balasan yang sama dengan perbuatannya itu di tanah suci.
Padahal hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah sugesti. Sebab, baik buruk perbuatan seseorang di masa hidupnya, akan dipertanggungjawabkan di hari akhir nanti. Itu pula sebabnya mengapa banyak manusia munafik yang tidak merasakan keburukan apapun ketika menginjak tanah suci.
Ketakutan-ketakutan seperti itu hanya akan menimbulkan rasa ragu untuk melakukan ibadah umroh. Sebaiknya, buang jauh-jauh rasa ragu tersebut dan segera cari solusi yang tepat atas permasalahan tersebut. Kemudian tanyakan dalam diri apa yang menjadi tujuan utama datang ke tanah Haram.
Apakah untuk pamer semata, untuk mengharap keridhoan Allah, untuk berwisata, untuk memperoleh kekayaan, atau murni untuk semakin mendekatkan diri pada Illahi?
Adakalanya kaum muslim berlomba-lomba menjalani umroh awalnya karena rindu ingin berkunjung ke rumah Allah SWT. Ingin menyaksikan secara langsung dengan mata kepala sendiri seperti apa peninggalan-peninggalan kejayaan Islam di zaman Rasul, menyaksikan kota tempat di mana Rasul pernah berhijrah, lahir, wafat dan menyebarkan ajarannya, serta hal-hal lainnya yang mengingatkan kaum muslim di seluruh dunia akan agama Allah yang diridhoi ini.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa seseorang yang beribadah dan bermunajat di depan Ka’bah maka hajatnya tidak akan tertolak. Itulah akhirnya kaum muslim datang ke tanah suci dengan tujuan yang berbeda-beda. Manusia sendiri memiliki rasa ujub takabbur serta penuh dengan sifat riya dalam dirinya.
Maka dari itu, tak heran bila sampai ke tanah suci, niatpun berubah dan melenceng dari niat awal ibadah umroh. Niat ibadah hanya kepada Allah SWT berubah menjadi ibadah yang ingin dipuji dan ketahui banyak orang. Beramai-ramai kaum muslim pamer aktivitas ibadah di tanah suci dengan niat terselubung dan tidak murni lagi.
Adakalanya Allah SWT menegur secara langsung dengan mengingatkan jamaah melalui hatinya, atau dengan memperlihatkan KekuasaanNya yang pada akhirnya disadari oleh pelaku. Suatu contoh, ada seorang trainer perempuan yang hendak berangkat umroh dan sengaja membawa banyak peralatan perekam mulai dari kamera digital, camcorder, kamera pocket, baterai, dan lain sebagainya dengan tujuan setibanya di sana segala aktivitas selama umroh akan diabadikan dalam rekaman dan foto.
Ternyata, setiba di tanah suci mendadak semua peralatan rekam yang dibawa tidak bisa digunakan. Bahkan, ponselnya sekalipun tidak bisa berfungsi. Hingga selesai ritual umroh, dan sudah selesai apa yang menjadi rukun umroh, barulah semua benda tersebut bisa dipakai secara normal. Bagi seseorang yang memiliki akal pikiran baik, tentu akan menyadari betapa Allah SWT tidak menyukai ketika ibadah suci dikotori dengan hal yang merusak amalan. Dan Allah SWT tidak suka bila disekutukan dengan apapun.
Maksud dari meluruskan niat tersebut ialah pergi umroh hanya ingin meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Bukan karena ada niat lain, seperti ingin dipuji, pamer, untuk memperoleh kekayaan, atau yang bersifat duniawi lainnya.
Umumnya, kebanyakan kaum muslim merasakan ketakutan yang luar biasa sebelum berangkat umroh. Hal ini dikarenakan adanya rumor yang mengatakan bahwa apa yang dikerjakan seseorang selama hidupnya, akan mendapat balasan yang sama dengan perbuatannya itu di tanah suci.
Padahal hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah sugesti. Sebab, baik buruk perbuatan seseorang di masa hidupnya, akan dipertanggungjawabkan di hari akhir nanti. Itu pula sebabnya mengapa banyak manusia munafik yang tidak merasakan keburukan apapun ketika menginjak tanah suci.
Ketakutan-ketakutan seperti itu hanya akan menimbulkan rasa ragu untuk melakukan ibadah umroh. Sebaiknya, buang jauh-jauh rasa ragu tersebut dan segera cari solusi yang tepat atas permasalahan tersebut. Kemudian tanyakan dalam diri apa yang menjadi tujuan utama datang ke tanah Haram.
Apakah untuk pamer semata, untuk mengharap keridhoan Allah, untuk berwisata, untuk memperoleh kekayaan, atau murni untuk semakin mendekatkan diri pada Illahi?
Adakalanya kaum muslim berlomba-lomba menjalani umroh awalnya karena rindu ingin berkunjung ke rumah Allah SWT. Ingin menyaksikan secara langsung dengan mata kepala sendiri seperti apa peninggalan-peninggalan kejayaan Islam di zaman Rasul, menyaksikan kota tempat di mana Rasul pernah berhijrah, lahir, wafat dan menyebarkan ajarannya, serta hal-hal lainnya yang mengingatkan kaum muslim di seluruh dunia akan agama Allah yang diridhoi ini.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa seseorang yang beribadah dan bermunajat di depan Ka’bah maka hajatnya tidak akan tertolak. Itulah akhirnya kaum muslim datang ke tanah suci dengan tujuan yang berbeda-beda. Manusia sendiri memiliki rasa ujub takabbur serta penuh dengan sifat riya dalam dirinya.
Maka dari itu, tak heran bila sampai ke tanah suci, niatpun berubah dan melenceng dari niat awal ibadah umroh. Niat ibadah hanya kepada Allah SWT berubah menjadi ibadah yang ingin dipuji dan ketahui banyak orang. Beramai-ramai kaum muslim pamer aktivitas ibadah di tanah suci dengan niat terselubung dan tidak murni lagi.
Adakalanya Allah SWT menegur secara langsung dengan mengingatkan jamaah melalui hatinya, atau dengan memperlihatkan KekuasaanNya yang pada akhirnya disadari oleh pelaku. Suatu contoh, ada seorang trainer perempuan yang hendak berangkat umroh dan sengaja membawa banyak peralatan perekam mulai dari kamera digital, camcorder, kamera pocket, baterai, dan lain sebagainya dengan tujuan setibanya di sana segala aktivitas selama umroh akan diabadikan dalam rekaman dan foto.
Ternyata, setiba di tanah suci mendadak semua peralatan rekam yang dibawa tidak bisa digunakan. Bahkan, ponselnya sekalipun tidak bisa berfungsi. Hingga selesai ritual umroh, dan sudah selesai apa yang menjadi rukun umroh, barulah semua benda tersebut bisa dipakai secara normal. Bagi seseorang yang memiliki akal pikiran baik, tentu akan menyadari betapa Allah SWT tidak menyukai ketika ibadah suci dikotori dengan hal yang merusak amalan. Dan Allah SWT tidak suka bila disekutukan dengan apapun.