Mengenal Sa’i
Tata Cara Pelaksanaan Sa’i
Dalam rangkaian ibadah umrah dan haji ada pelaksanaan sa’i dengan penuh sejarah masa lampau yang penuh dengan makna dan nasehat bagi para jamaah haji dan umrah. Sa’i dilakukan ketika sudah melaksanakan ibadah tawaf dengan keluar melalui pintu Ash Shafa menuju bukit Shafa lalu menaiki beberapa tangga yang sudah disediakan di sana.
Pengertian dan Tata Cara Pelaksanaan Sa’i
Diriwatkan bahwa Rasulullah SAW menaiki bukit Shafa sehingga beliau bisa melihat Ka’bah. Sa’i sendiri dimulai dari kaki bukit, menaikinya lebih dari itu merupakan sesuatu yang dianjurkan. Sai ialah berjalan dari bukit Shafa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak tujuh kali dan berakhir di bukit Marwah. Perjalanan satu kali dihitung dari buki Shafa ke bukti Marwah dan dari bukit Marwah ke Bukit Shafa. Proses pelaksanaannya hendaknya dilakukan dengan langkah yang biasa hingga dekat dengan tanda pertama yang berwarna hijau. Atau jika dikira-kira sejauh 6 hasta. Dari tempat itu jamaah kemudian dipercepat langkahnya atau berlari-lari kecil sampai di tanda hijau yang kedua.
Dari tanda hijau tersebut, kemudian bisa langsung berjalan biasa lagi. Jika sudah sampai di bukit marwah, maka hendaknya naik ke bukit Marwah seperti ketika menaiki bukit Shafa, lalu berdoa kea rah Shafa seperti sebelumnya. Jika begitu aka jamaah haji telah selesai melakukan satu kali lintasan sa’i. Lalu bisa dilakukan hingga tujuh kali lintasan. Ada sebuah keringanan bagi jamaah yang sakit yaitu bisa menggunakan kursi roda sehingga bisa lebih ringan dan lebih mudah dalam mobilitas. Hal yang menjadi syarat ketika melaksanakan sa’i ialah suci dari hadast besar dan kecil tetapi hukumnya mustahab atau dianjurkan tidak seperti Tawaf yang hukumnya wajib.
Sebuah perjalanan sa’i memberikan sebuah hikmah dan pelajaran bagi pelaksananya. Berjalan dengan berlari kecil dari shafa dan Marwah atau sebaliknya merupakan hal yang dilakukan oleh Siti Hajar, yaitu istri dari Nabi Ibrahim dimana ketika itu Siti Hajar sedang berusaha untuk mencari air untuk putranya, Nabi Ismail yang sedang kehausan. Dia berlari dari bukti Shafa ke Marwah lalu sebaliknya. Dan Allah menolong Siti Hajar dengan memberikan sumber air zam zam yang muncul ketika kaki Nabi Ismail dihentak-hentakkan. Siti Hajar terus berdo’a dan meminta pertolongan kepad Allah.
Jamaah yang bolak balik dari bukit Shafa dan Marwah adalah sebuah tanda penghormatan kepada Siti Hajar yang sudah bersusah payah untuk mencari air bagi anaknya. Jama’ah pun bisa mengambil pelajaran bahwa selain meminta tolong kepada Allah, sebuah ikhtiar pun perlu dilakukan supaya bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Pada akhirnya pertolongan Allah lah yang akan memberikan kebahagiaan dan pertolongan Allah tersebut tidak bisa disangka sangka dari mana datangnya.
Kala itu Siti Hajar bingung akan mencari kemana air yang dibutuhkan oleh Nabi Ismail, dia berlari kecil dari satu bukit ke bukit lainnya dan berharap akan ada sumber air disana. Atas pertolongan Allah sumber air pun ternyata ada di sekitar tempat Nabi Ismail di baringkan. Dan sekarang sumber air tersebut banyak dimanfaatkan oleh kaum muslim di seluruh dunia dan di bawa sebagai air mujarab ke negara asalnya. Air tersebut adalah air zam zam yang banyak sekali manfaatnya untuk kesehatan dan penyembuhan. LArinya SIti Hajar dari bukti Shafa dan bukit Marwah menjadi sebuah bukti ketegaran seorang wanita dan terangkum di dalam rangkaian ibadah haji dan umrah, yaitu Ibadah sa’i
Dari tanda hijau tersebut, kemudian bisa langsung berjalan biasa lagi. Jika sudah sampai di bukit marwah, maka hendaknya naik ke bukit Marwah seperti ketika menaiki bukit Shafa, lalu berdoa kea rah Shafa seperti sebelumnya. Jika begitu aka jamaah haji telah selesai melakukan satu kali lintasan sa’i. Lalu bisa dilakukan hingga tujuh kali lintasan. Ada sebuah keringanan bagi jamaah yang sakit yaitu bisa menggunakan kursi roda sehingga bisa lebih ringan dan lebih mudah dalam mobilitas. Hal yang menjadi syarat ketika melaksanakan sa’i ialah suci dari hadast besar dan kecil tetapi hukumnya mustahab atau dianjurkan tidak seperti Tawaf yang hukumnya wajib.
Sebuah perjalanan sa’i memberikan sebuah hikmah dan pelajaran bagi pelaksananya. Berjalan dengan berlari kecil dari shafa dan Marwah atau sebaliknya merupakan hal yang dilakukan oleh Siti Hajar, yaitu istri dari Nabi Ibrahim dimana ketika itu Siti Hajar sedang berusaha untuk mencari air untuk putranya, Nabi Ismail yang sedang kehausan. Dia berlari dari bukti Shafa ke Marwah lalu sebaliknya. Dan Allah menolong Siti Hajar dengan memberikan sumber air zam zam yang muncul ketika kaki Nabi Ismail dihentak-hentakkan. Siti Hajar terus berdo’a dan meminta pertolongan kepad Allah.
Jamaah yang bolak balik dari bukit Shafa dan Marwah adalah sebuah tanda penghormatan kepada Siti Hajar yang sudah bersusah payah untuk mencari air bagi anaknya. Jama’ah pun bisa mengambil pelajaran bahwa selain meminta tolong kepada Allah, sebuah ikhtiar pun perlu dilakukan supaya bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Pada akhirnya pertolongan Allah lah yang akan memberikan kebahagiaan dan pertolongan Allah tersebut tidak bisa disangka sangka dari mana datangnya.
Kala itu Siti Hajar bingung akan mencari kemana air yang dibutuhkan oleh Nabi Ismail, dia berlari kecil dari satu bukit ke bukit lainnya dan berharap akan ada sumber air disana. Atas pertolongan Allah sumber air pun ternyata ada di sekitar tempat Nabi Ismail di baringkan. Dan sekarang sumber air tersebut banyak dimanfaatkan oleh kaum muslim di seluruh dunia dan di bawa sebagai air mujarab ke negara asalnya. Air tersebut adalah air zam zam yang banyak sekali manfaatnya untuk kesehatan dan penyembuhan. LArinya SIti Hajar dari bukti Shafa dan bukit Marwah menjadi sebuah bukti ketegaran seorang wanita dan terangkum di dalam rangkaian ibadah haji dan umrah, yaitu Ibadah sa’i